Minggu, 09 Desember 2018

Kenapa Teknologi Masih Menyisakan Kemiskinan

Diposting oleh    di    Tidak ada komentar:
 

Pada dasarnya semua bidang keilmuan di dunia ini mesti mempunyai kontribusi terhadap masyarakat. Sebagai negara berkembang, Indonesia mempunyai persoalan akar yang menjadi momok sejak zaman kolonial hingga sekarang bernama Kemiskinan.
Untuk itu sebagai suatu bidang keilmuan, Teknologi harus memposisikan diri sebagai solusi atas problem kemiskinan yang terjadi di tataran masyarakat. Mengingat dewasa ini gencar-gencarnya peran Teknologi masuk dalam aktivitas masyarakat (salah satunya fenomena transportasi/antar jemput berbasis aplikasi), maka perlu kiranya kita sejenak menelaah apakah peran tersebut sudah mengarah ke problem penyelesaian Kemiskinan?

Kemiskinan dan Penyebabnya

Dalam ranah rumpun sosial perbincangan soal apa itu kemiskinan dan penyebabnya sudah banyak sekali. Pertama soal definisi kemiskinan itu sendiri. Ada beberapa pendapat terkait hal ini.
Kemiskinan seringkali ditetapkan sebuah pemerintahan suatu negara melalui penggambaran apa yang dikenal sebagai ‘garis kemiskinan’. Penggambaran mengenai ‘garis kemiskinan’ ini cenderung berbeda-beda dan tidak sama di setiap negara. Menurutnya perbedaan ini sangat bergantung pada tujuan negara menetapkan ‘garis kemiskinan’. Macarov mengkritik penetapan kemisikinan berdasarkan ‘garis kemiskinan’ cenderung tidak memperhatikan hal-hal lain yang juga bermasalah.
Pendapat lain mengatakan bahwa Kemiskinan adalah kemiskinan, tanpa embel-embel absolut dan relatif. Orang miskin adalah setiap manusia yang tidak bisa memperoleh kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya sebagai manusia. Apakah mereka merasa miskin atau tidak, itu soal persepsi dan hegemoni pengetahuan, bukan persoalan material yang jelas-jelas dihadapi kaum miskin. Kalaupun orang bisa memiliki konsepsi sendiri tentang kemiskinan, rujukan kita dalam membahas persoalan itu tidak bisa beranjak semata-mata dari persepsi masyarakat, melainkan harus tetap bersandar pada soal terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar seseorang sebagai mahluk hidup.
Penulis sepakat dengan pendapat di atas bahwa defenisi Kemiskinan mesti dilihat dari kemampuan manusia untuk menjangkau kebutuhan yang sifatnya mendasar. Kebutuhan ini seperti kebutuhan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Pertanyaan selanjutnya, apa penyebab dari Kemiskinan?

Pendapat umum yang berkembang di kalangan masyarakat kemiskinan terjadi karena masih ada masyarakat yang belum berdaya. Atau pendapat yang lebih ekstrem lagi mengatakan Kemiskinan terjadi karena masyarakat malas, tidak mau bekerja keras, dan hanya menunggu saja.
Mengenai penyebab Kemiskinan, Macarov mengidentifikasi penyebabnya adalah diterapkannya sistem ekonomi yang berbasis pada sistem ekonomi pasar. Dalam hal ini adalah Globalisasi sebagai konsekuensi sistem ekonomi neoliberal yang hampir tidak bisa lagi dihindari oleh sebagian besar negara di dunia. Dijadikannya pasar sebagai mesin ekonomi membuat semua harus dilakukan berdasarkan pada ukuran-ukuran itu. Konsekuensi tak terpisahkan dari globalisasi neoliberal diantaranya ialah privatisasi. Privatisasi merupakan ciri yang tak dapat dipisahkan dari neoliberalisme yang berkelindan dengan globalisasi. Privatisasi yang sering juga disebut dengan penjualan aset negara merupakan sebuah proses pengalihan hak kepemilikan dari kepemilikan publik (negara) ke pemilikan pribadi/perusahaan swasta.

Jika persoalannya lebih operasional, peran Teknologi mesti disesuaikan juga sifatnya. Alhasil tinggal bagaimana kita memetakan persoalan akar dan bukan.
Untuk itu dalam rangka menemukan persoalan akar dan bukan sebelum berbicara peran Teknologi terlebih dahulu kita melakukan pemetaan terkait problem Kemiskinan itu sendiri. Dari pemetaan ini kita akan paham mana yang seharusnya diberikan Teknologi untuk pengurangan bahkan menghapuskan Kemiskinan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 PERSY BLOG Agatha Fajarani
Designed by AgathaFajarani